Friday, January 1, 2021

ADAB AGAR SAMPAI KEPADA ALLAH


Syekh Abdul-Qadir Al-Jailani qaddasallahu sirrahu mengatakan;

"Makna sampai (wushul) kepada Allah SWT adalah terputusnya hubunganmu dengan sesama makhluk, hawa nafsu, keinginan, dan setiap cita-cita, serta tetap istiqamah dengan apa yang dilakukan, tanpa adanya gejolak sedikit pun dalam dirimu tentang mereka dan akibat dari diri mereka terhadap dirimu.

Tetapi, semuanya itu menurut kehendak hukum Allah, perintah, dan ketentuan-Nya. Keadaan ini adalah suatu keadaan fana yang diungkapkan dengan kata wushul (sampai). Wushul kepada Allah SWT itu tidak sama dengan wushul kepada salah seorang makhluk yang dapat diterima akal dan dapat diketahui.
Allah SWT berfirman,
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syura: 11).

Sungguh terlalu agung Dzat Pencipta untuk dapat diserupakan dengan makhluk-Nya atau dibandingkan dengan ciptaan-Nya. Orang yang sudah sampai kepada Allah SWT itu diketahui oleh para ahli wushul dengan pemberitahuan dari Allah SWT. Masing-masing berada dalam batas yang tidak sama dengan orang lain.

Allah SWT mempunyai rahasia beserta salah seorang dari Rasul dan Nabi-Nya serta para kekasih-Nya, tidak ada orang yang tahu selain Dzat-Nya sendiri. Sampai terkadang seseorang yang sedang mengharap sampai kepada Allah SWT itu mempunyai rahasia yang tidak dapat diketahui oleh syaikhnya. Begitu juga seorang syaikh mempunyai rahasia yang tidak diketahui oleh muridnya.

Jika seorang murid itu sudah mencapai keadaan (hal) syaikhnya, dia dipisah dan diasingkan dari syaikh tersebut.

Maka, Allah SWT yang menguasainya dan yang menghapus hubungannya dari semua makhluk secara keseluruhan. Syaikh itu ibarat seorang wanita yang menyusui atau yang baru melahirkan. Dia bertugas untuk menyusuinya selama dua tahun."

--Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, kitab Futuhul Ghaib.

Previous Post
Next Post

0 comments:

Subscribe